Pimpinan yang pernah menjabat Administratur PG Jatibarang dari waktu kewaktu, namun data yang kami peroleh hanya didapat informasi jabatan Administratur mulai tahun 1949 s/d sekarang.
Dari seluruh Pimpinan yang pernah menjabat Administratur PG jatibarang baru tercatat dalam Administrasi dibagian SDM & Umum ada 3 (tiga) Administratur yang berasal dari Belanda dan yang lainnya sudah dijabat oleh orang pribumi. Berikut nama-nama Pimpinan yang menjabat Administratur PG Jatibarang dari mulai tahun 1949 sebagai berikut :
Informasi selanjutnya akan kami Akses, Terima kasih
Dalam Undang-undang No 13 th 2003 tentang ketenagakerjaan menetapkan ketentuan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) termasuk dalam Bab XI Hubungan Industrial,Bagian ketujuh,Perjanjian Kerja bersama pasal 116 sampai dengan pasal 135 dan ketentuan pelaksanaannya ditetapkan dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No:Kep,48/MEN/IV/2004 tanggal 8 April 2004.
Pengaturannya secara garis besar sebagai berikut ;
1. PKB dibuat oleh SP/SB atau beberapa SP/SB yang telah tercatat pada instansi yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan dengan Pengusaha atau beberapa Pengusaha dan harus dibuat secara tertulis dengan huruf latin dan menggunakan bahasa Indonesia.
2. Penyusunan PKB dilaksanakan secara musyawarah,dimulai dengan menyepakati tata tertib perundingan yang sekurang-kurangnya memuat;
a. Tujuan Pembuatan Tata Tertib
b. Susunan Tim Perunding
c. Lamanya masa Perundingan
d. Materi Perundingan
e. Tempat Perundingan
f. Tata cara Perundingan
g. Cara penyelesaian apabila terjadi kebuntuan
h. Sahnya Perundingan
I. Biaya Perundingan
3. Dalam menentukan tim perunding pembuatan PKB disesuaikan dengan kebutuhan dengan ketentuan masing-masing pihak paling bayak 9 (sembilan) orang,dalam hal SP/SB yang tidak terwakili dalam tim perunding maka SP/SB yang bersangkutan dapat menyampaikan aspirasinya secara tertulis kepada tim perunding sebelum dimulai perundingan pembuatan PKB
4. Dalam hal perundingan pembuatan PKB tidak mencapai kesepakatan dalam waktu yang disepakati dalam tata tertib,maka kedua pihak dapat menjadualkan kembali perundingan dengan waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari,apabila perundingan masih belum mencapai kesepakatan,maka para pihak melaporkan kepada instansi yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan dengan melampirkan pernyataan tertulis bahwa perundingan tidak dapat diselesaikan pada waktunya,yang memuat Materi PKB yang belum disepakati dan ditandatangani para pihak,maka penyelesaian oleh instansi yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan sesuai mekanisme penyelesaian perselisihan hubungan industrial.
5. Apabila penyelesaian pada instansi yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan dilakukan melalui mediasi dan para pihak atau salah satu pihak tidak menerima anjuran mediator,maka atas kesepakatan para pihak,mediator melaporkan kepada Menteri untuk menetapkan langkah-langkah penyelesaian.
6. Dalam hal penyelesaian oleh Menteri tidak mencapai kesepakatan,maka salah satu pihak dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Hubungan Industrial didaerah hukum pekerja/buruh bekerja,Apabila daerah hukum tempat pekerja/buruh melebihi satu daerah hukum Pengadilan Hubungan Industrial,maka gugatan diajukan pada Pengadilan Hubungan Industrial yang daerah hukumnya mencakup domisili perusahaan.
7. Dalam satu perusahaan hanya dapat dibuat satu PKB yang berlaku bagi seluruh pekerja/buruh diperusahaan dan dalam hal perusahaan yang bersangkutan memiliki cabang,dibuat PKB induk yang memuat ketentuan-ketentuan yang berlaku diseluruh cabang dan cabang dapat membuat PKB turunan yang memuat pelaksanaan PKB induk yang disesuaikan dengan kondisi cabang perusahaan masing-masing.
8. Dalam hal beberapa perusahaan tergabung dalam satu group dan masing-masing perusahaan merupakan badan hukum sendiri-sendiri,maka PKB dibuat dan dirundingkan oleh masing-masing pengusaha dan SP/SB masing-masing perusahaan
9. Dalam hal disatu perusahaan hanya terdapat satu SP/SB maka SP/SB tersebut berhak mewakili pekerja/buruh dalam perundingan pembuatan PKB dengan pengusaha,apabila memiliki jumlah anggota lebih dari 50 % dari jumlah seluruh pekerja/buruh diperusahaan yang bersangkutan,tetapi jika hanya memiliki jumlah anggota kurang dari 50 % dari jumlah seluruh pekerja/buruh,maka SP/SB dapat mewakili pekerja/buruh dalam perundingan dengan pengusaha apabila SP/SB yang bersangkutan telah mendapat dukungan lebih dari 50 % dari jumlah seluruh pekerja/buruh diperusahaan melalui pemungutan suara,Pemungutan suara diselenggarakan oleh panitia yang terdiri dari wakil-wakil pekerja/buruh dan pengurus SP/SB yang disaksikan oleh pihak pejabat yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan dan pengusaha.
10. Panitia yang telah terbentuk mengumumkan tanggal pemungutan suara selambat-lambatnya 24 (dua puluh empat) hari sebelum tanggal pemungutan suara.
11. SP/SB diberi kesempatan menjelaskan program pembuatan PKB dalam waktu 14 (empat belas) hari dan dilaksanakan 3 (tiga) hari setelah tanggal diumumkannya pemungutan suara,pelaksanaan penjelasan program dilakukan diluar jam kerja pada tempat yang telah disepakati oleh SP/SB dan pengusaha.
12. Apabila dalam waktu paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum dilaksanakan pemungutan suara ternyata SP/SB dapat membuktikan keanggotaannya kepada pengusaha bahwa telah memenuhi lebih dari 50 % dari jumlah seluruh pekerja/buruh,maka pemungutan suara tidak perlu lagi
13. Pelaksanaan pemungutan suara disesuaikan dengan jadual kerja para pekerja/buruh sehingga tidak mengganggu proses produksi dan tempat pemungutan suara ditetapkan berdasarkan kesepakatan panitia dengan pengusaha.
14. Hasil pemungutan suara sah setelah ditandatangani oleh panitia dan saksi-saksi.
15. Apabila hasil pemungutan suara dukungan dari pekerja/buruh tidak tercapai,maka SP/SB dapat mengajukan kembali permintaan untuk merundingkan PKB setelah melampaui jangka waktu enam bulan,terhitung sejak dilakukan pemungutan suara,dengan mengikuti prosedur pasal 119 Undang-undang No 13 TH 2003
16. Dalam hal disatu perusahaan terdapat lebih dari satu SP/SB yang berhak melakukan perundingan dengan pengusaha adalah SP/SB yang jumlahnya lebih dari 50 % dari seluruh jumlah pekerja/buruh diperusahaan tersebut,Apabila tidak terpenuhi maka SP/SB dapat melakukan koalisi,sehingga tercapai jumlah lebih dari 50 % jika dengan koalisi tidak terpenuhi,maka membentuk tim perunding yang keanggotaannya ditentukan secara proporsional berdasarkan jumlah anggota masing-masing SP/SB
17. Untuk menentukan SP/SB yang jumlah anggotanya lebih dari 50% dilakukan melalui verifikasi keanggotaan SP/SB ,maka verifikasi dilakukan oleh panitia yang terdiri dari wakil pengurus SP/SB yang ada diperusahaan dengan disaksikan oleh wakil instansi yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan dan pengusaha,Verifikasi keanggotaan SP/SB dilakukan berdasarkan bukti kartu tanda anggota sesuai pasal 121. UU. No 13 Th 2003,dan apabila terdapat kartu anggota lebih dari satu,maka kartu tanda anggota yang sah adalah kartu tanda anggota yang terakhir.
18. Pelaksanaan verifikasi dilakukan ditempat kerja yang diatur sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu proses produksi dalam waktu satu hari kerja yang disepakati SP/SB dan hasil verifikasi dituangkan dalam bentuk berita acara yang ditandatangani oleh panitia dan saksi-saksi yang hasilnya mengikat SP/SB diperusahaan
20. Pengusaha maupun SP/SB dilarang melakukan tindakan mempengaruhi pelaksanaan verifikasi.
21. Masa berlakunya PKB paling lama 2 (dua) tahun,berdasarkan kesepakatan tertulis antara pengusaha dengan SP/SB dapat diperpanjang masa berlakunya dan paling lama 1 (satu) tahun.
22. Perundingan PKB berikutnya dapat dimulai paling cepat 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya PKB yang sedang berlaku,apabila tidak mencapai kesepakatan maka PKB yang sedang berlaku tetap berlaku untuk paling lama 1 (satu) tahun.
23. PKB paling sedikit memuat ;
- Hak dan Kewajiban Pengusaha ;
- Hak dan Kewajiban SP/SB serta Pekerja / Buruh ;
- Jangka waktu dan tanggal mulai berlakunya PKB ; dan
- Tanda tangan para pihak pembuat PKB
23. Ketentuan dalam PKB tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,apabila bertentangan maka ketentuan yang bertentangan tersebut Batal demi hukum dan yang berlaku adalah ketentuan dalam peraturan perundang-undangan.
24. Pengusaha SP/SB dan pekerja/buruh wajib melaksanakan ketentuan yang ada dalam PKB.
25. Pengusaha dan SP/SB wajib memberitahukan isi PKB atau perubahannya kepada seluruh pekerja/buruh,mencetak dan membagikan naskah PKB kepada setiap Pekerja/buruh atas biaya perusahaan.
26. Pengusaha dilarang mengganti PKB dengan peraturan perusahaan selama di perusahaan yang bersangkutan masih ada SP/SB dalam hal di perusahaan tidak ada SP/SB dan PKB diganti dengan peraturan perusahaan,maka ketentuan dalam peraturan perusahaan tidak boleh rendah dari PKB.
27. Dalam hal PKB sudahberakhir masa berlakunya,dan akan diperpanjang atau diperbaharui dan di perusahaan tersebut hanya terdapat satu SP/SB,maka perpanjangan atau pembaharuan PKB tidak mensyaratkan ketentuan dalam pasal. 119. Undang – undang. No, 13 Th 2003.
28. Dalam hal PKB sudah berakhir masa berlakunya dan akan diperpanjang atau diperbaharui dan diperusahaan terdapat lebih dari satu SP/SB dan SP/SB yang dulu berunding (jumlah anggotanya lebih dari 50%) tidak lagi memenuhi (jumlah keanggotaannya 50% atau kurang) maka perpanjangan atau pembaharuan PKB dilakukan oleh SP/SB yang anggotanya lebih 50% dari jumlah seluruh pekerja/buruh diperusahaan,bersama-sama dengan SP/SB yang membuat PKB terdahulu dengan membentuk Tim perunding secara proporsional.
29. Dalam hal PKB sudah berakhir masa berlakunya dan akan diperpanjang atau diperbaharui dan diperusahaan tersebut terdapat lebih dari satu SP/SB dan tidak satupun SP/SB yang mempunyai jumlah keanggotaan lebih dari 50% maka perpanjangan atau pembaharuan PKB dilakukan menurut ketentuan pasal , 120 ayat (2) dan ayat (3) Undang-undang No, 13 Th 2003
30. PKB tetap berlaku sampai berakhirnya jangka waktu PKB,walaupun terjadi pembubaran SP/SB atau pengalihan kepemilikkan.
31. Apabila terjadi penggabungan perusahaan (merger) dan masing-masing perusahaan mempunyai PKB maka PKB yang berlaku adalah yang menguntungkan pekerja/buruh,Sedangkan penggabungan antara perusahaan yang mempunyai PKB dengan perusahaan yang belum mempunyai PKB,maka PKB tersebut berlaku bagi perusahaan yang tergabung sampai dengan berakhirnya jangka waktu PKB
32. PKB mulai berlaku pada hari penandatanganan,kecuali ditentukan dalam PKB tersebut dan selanjutnya didaftarkan oleh pengusaha pada instansi yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan.
HAK – HAK NORMATIF
Adalah menyangkut pelaksanaan hak-hak pekerja yg telah diatur dalam Undang-undang Ketenagakerjaan,Peraturan Perusahaan atau Perjanjian Kerja Bersama (PKB) seperti ;
- Pelaksanaan Upah minimum
- Jamsostek
- Lembur
- Pembentukan serikat pekerja
- THR
- PKWT
HAK TIDAK NORMATIF
Adalah menyangkut peningkatan kesejahteraan pekerja yang belum diatur dalam Peraturan Perundang - undangan ketenagakerjaan, seperti ;
o Kenaikan Upah
o Pemberian atau kenaikan uang makan, uang transport, premi hadir, bantuan sembako.
o Menyangkut status pekerja, manajer agar diganti
o Sarana ibadah, slip Gaji
Setiap Perusahaan yang didirikan tentunya memiliki tujuan-tujuan serta dirancang untuk tidak dijalankan oleh satu dua orang,tetapi oleh banyak orang yang dibekali dengan otoritas dan tanggung jawab serta batas waktu.
Dari aspek permodalan, Perusahaan yang menggunakan modal yang didapat masyarakat atau Pemerintah/Negara, kini tidak lagi bersifat tertutup, sekarang apa yang terjadi dalam Perusahaan dapat dengan mudah dilihat oleh masyarakat, sehingga issu mengenai good corporate governance semakin menjadi lebih membumi, karena harus dapat dilaksanakan.lebih lagi bila dikaitkan dengan aktualitas suatu organisasi. Sedangkan representasi masyarakat yang terlibat lebih dekat lagi dalam pengelolaan Perusahaan adalah Serikat Pekerja
Dilain sisi, Serikat Pekerja Perkebunan memiliki tanggung jawab yang besar untuk melakukan fungsi-fungsinya dalam mensejahterakan anggotanya,
Perusahaan yang dijalankan dengan menejemen yang baik, senantiasa diikuti dengan aspek pengawasan yang baik, sehingga diharapkan dapat memperbaiki kinerja Perusahaan yang pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan anggota dari waktu- kewaktu.
Dengan adanya pemahaman bahwa Serikat Pekerja adalah Mitra Perusahaan (Representasi masyarakat yang terdekat dengan menejemen) yang berjalan seiring serta tidak selalu dalam posisi berhadapan dengan Perusahaan.
Maka anggota Serikat Pekerja diharapkan mampu memberikan masukan pada menejemen, sehingga harus memiliki skill sebagai, konsultan, Assurance, Katalis, Akselator maupun sebagai Pengawas akan jalannya Perusahaan.
Peran seperti ini perlu untuk dipahami oleh seluruh jajaran organisasi Serikat Pekerja dan senantiasa perlu ditingkatkan agar lebih sinergis dengan menejemen dalam meningkatkan nilai tambah Perusahaan serta mencapai Kesejahteraan Bersama.
Karena adanya akuntabilitas,maka setiap pelaku bisnis harus memahami perannya dalam Perusahaan dan peran tersebut tidak hanya dilakukan seperti apa adanya, tetapi harus diikuti dengan fungsi Pengawasan, pengendalian menejemen yang baik
DALAM SKALA YANG LEBIH LUAS
TANGGUNG JAWAB PENGAWASAN BUKAN HANYA MERUPAKAN TANGGUNG JAWAB PEMERIKSA (SPI) TETAPI SEMUA PIHAK DALAM PERUSAHAAN, TERMASUK SERIKAT PEKERJA
Optimalisasi proses pemurnian dengan sacharat nira kental di Pabrik Gula Jatibarang-Banjaratma
PENDAHULUAN
a. Memberikan manfaat besar kepada perusahaan
b. Menggunakan biaya yang murah
c. Memberikan manfaat secepat mungkin.
d. Memiliki Multiplier effect positif paling banyak.
e. Sekecil mungkin ketergantungan pada pihak lain.
f. Memungkinkan untuk dilaksanakan berdasarkan situasi dan kondisi perusahaan
LATAR BELAKANG
a. Proses pemurnian kurang optimal dng viscusnya nira krn tebu terbakar dan wayu.
b. Effisiensi pemakaian bahan pembantu
c. Salah satu upaya peningkatan kualitas gula
d. Mengurangi effect korosifitas alat bahan besi.
DASAR TEORI
a. Sacharat merupakan ikatan antara Ca dengan sukrose dalam sifat ikatan lemah yang lebih dikenal dengan nama Calsium Sacharat
b. Sacharat nira mentah dapat memperbaiki penggumpalan endapan pada proses pemurnian nira tebu
c. Kelarutan Ca akan semakin baik dengan semakin tingginya kadar sukrose dalam larutan
d. Kadar sukrose nira kental lebih tinggi dibanding nira mentah maka pada sacharat nira kental kesediaan Ca++ lebih banyak
APLIKASI SACHARAT NIRA KENTAL
1. Mencampur nira kental dari penguapan dengan susu kapur 7ยบ Be dan diatur pH campuran larutan tersebut sampai pH 10 – 11.
2. Sacharat nira kental yang sudah jadi diaplikasikan di setasiun pemurnian sebagai pengganti susu kapur yang diberikan ke nira mentah tertimbang sampai pH 7.
KESIMPULAN
1. Aplikasi sacharat nira kental sangat bermanfaat untuk effisiensi di pemurnian sehingga effisiensi proses meningkat.
2. Kualitas bahan baku (tebu) menurun, pengaruh negatif terhadap proses bisa ditekan.
3. Menekan pemakaian belerang yang harganya cukup tinggi.
4. Efek negatif proses hidrolisa sukrose di peti sulfitir nira mentah dapat ditekan sehingga sukrose yang hilang karena inverse berkurang.
5. Dengan kadar SO2 dalam nira yang rendah, dampak korosifitas terhadap peralatan (besi) berkurang
6. Kualitas yg lebih baik ( SNI ),dan gula lebih tahan simpan krn kadar SO2 nya lebih rendah.
Bermula dari mimpi untuk meraih Rendemen 10, salah satu faktor untuk mencapai rendemen tinggi adalah effisiensi proses dengan menekan kehilangan dan kualitas tebu giling yang menurun maka munculah sebuah tulisan ini. Kita wajib berupaya secara logic, ALLAH SWT lah sang maha penentu. Semoga dapat membawa manfaat untuk pabrik yang kita cintai ini. TERIMA KASIH.
Oleh :
PRAMONO HARDJANTO, BSc & TIM PENGOLAHAN
PG. JATIBARANG 2009
Kenaikkan harga gula saat ini dinilai merupakan peluang untuk meningkatkan produksi dalam negeri sehingga nantinya tidak lagi bergantung pada impor.
Dirjen Perkebunan Departemen Pertanian, Achmad Mangga Barani, di Jakarta, Selasa (25/8) mengatakan saat ini waktu yang tepat bagi industri gula dalam negeri, khususnya milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk memperbaiki pabrik gula (revitalisasi pabrik) serta bagi petani memperluas areal tanam tebu. \"Harga yang tinggi ini merupakan kesempatan yang baik bagi produsen gula dalam negeri untuk merevitalisasi pabrik gula (PG),\" katanya.
Menurutnya, pada 2008 ketika harga gula anjlok di bawah harga penyangga pemerintah Rp5.100/kg, banyak PG yang membatalkan revitalisasi, namun naiknya harga saat ini menjadi kesempatan baik bagi industri gula dalam negeri. Perbaikan pabrik, tambahnya, terutama mesin penggilingan, dapat meningkatkan rendemen yang saat ini hanya sekitar 6-7% menjadi sekitar 10%.
Achmad menambahkan dengan 52 PG milik BUMN maka setiap kenaikan rendemen 1 poin akan ada tambahan produksi sebanyak 400 ribu ton. Kenaikan harga gula di pasar internasional yang membuat industri gula rafinasi sulit mengimpor produk tersebut juga menjadi kesempatan mendorong pabrik rafinasi menyerap gula tebu dari PG dalam negeri.
Selama ini, tambahnya, PG rafinasi mendapatkan bahan baku raw sugar dari impor. Namun demikian, Dirjen menyangkan himbauan Menteri Perindustrian agar pabrik gula rafinasi menyerap gula produksi PG dalam negeri belum berjalan.
\"Harusnya jangan sebatas himbauan tapi kewajiban. Untuk itu harus ada kemauan keras dari pemerintah agar imbauan itu menjadi kewajiban sehingga ditaati industri gula rafinasi,\" katanya.
Dia menjelaskan, dari hasil pertemuan di Bangkok, Thailand, pekan lalu terungkap kenaikkan harga gula di Indonesia karena pengaruh harga di pasar dunia atau lebih banyak karena faktor luar negeri, bukan produksi dalam negeri yang kurang. Konsumsi gula langsung tahun ini diperkirakan sebanyak 2,7 juta ton, sedangkan produksi ditargetkan 2,8-2,9 juta ton. Hingga 31 Juli produksi gula dalam negeri sudah sebanyak 1,2 juta ton dan stok gula sebanyak 402 ribu ton, lanjutnya, artinya pasokan gula dalam negeri ada, karena Indonesia masih mengimpor raw sugar (gula mentah) untuk industri gula rafinasi sebanyak 1,2 juta ton/tahun.
Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah berjanji menyelesaikan evaluasi produksi gula pada Oktober sebagai dasar mengambil keputusan dalam pengamanan stok tahun depan.
"Ada dua skenario produksi, yang pesimis maupun optimis. Stok di akhir tahun menjadi perhatian yang kita cermati," kata Deputi Menko Perekonomian Bidang Pertanian dan Kelautan, Bayu Krisnamurthi, di Jakarta, Selasa.
Usai rapat koordinasi dengan Menteri Perdagangan, Menteri Negara BUMN, Menteri Perindustrian, dan Menteri Pertanian, Bayu menyebut target optimistis produksi gula nasional adalah 2,89 juta ton, sedangkan target pesimistisnya 2,6 juta ton.
"Stok gula jika dilihat dari jumlah konsumsi dan produksi besarnya mendekati satu juta ton. Itu tersebar di pedagang dan produsen," ujarnya.
Pemerintah masih memprediksi tingkat konsumsi gula nasional di akhir tahun, mengingat saat ini konsumsi gula kristal putih naik sekitar 30 sampai 40 persen karena permintaan industri kecil menengah (IKM).
"Jadi kita hitung ulang lagi, Juli-Agustus ini serapan IKM atas gula kristal putih diperkirakan naik sekitar 250ribu ton. Ini yang mempengaruhi sisa stok kita," tuturnya.
Sementara, konsumsi gula rata-rata nasional mencapai 2,1 kg per bulan per rumah tangga.
"Jadi sebenarnya relatif kecil, yang dampaknya akan besar tadi (serapan IKM)," tambahnya.
Selain itu, pemerintah juga akan mengamankan kebutuhan gula bagi masyarakat di perbatasan mengingat ada indikasi pemerintah Malaysia akan memperketat penjualan gula melalui perbatasan.
"Pemerintah Malaysia sekarang sedang mengalami tekanan berat akibat subsidi yang tinggi pada gula. Padahal di daerah perbatasan, masyarakat kita mengkonsumsi gula Malaysia. Mereka akan memperketat perdagangan gula ke perbatasan," katanya.
Bayu menjelaskan keputusan impor akan tergantung dari jumlah konsumsi gula hingga akhir tahun ini.
2010 Harga Turun
Saat ini, kondisi pasar internasional masih belum stabil dan masih ada kemungkinan harga gula naik lagi.
"Tapi pada 2010 harga internasional diprediksi akan meluncur turun. Jadi kita harus tahan dulu (keputusan impor). Selain harga yang penting adalah di tengah harga yang tinggi barangnya harus ada. Itu yang kita ingin hitung lagi," tuturnya.
Penurunan harga itu, lanjut Bayu, terjadi karena Brazil sebagai eksportir gula terbesar dunia telah mengalihkan produksinya kembali ke gula dari etanol.
"Harga future pada kuartal I dan semester I 2010 sudah menunjukkan adanya perbaikan atau menurun," ujarnya.
Pada sisi lain, India diperkirakan akan melakukan impor secara agresif menyusul menipisnya stok gula negara itu.
Saat ini, Indonesia mengalokasikan impor gula mentah 2009 sebanyak 1,68 juta ton dan gula rafinasi sebanyak 300 ribu ton dengan empat kriteria khusus yaitu gula spesifikasi khusus, untuk kawasan berikat, untuk tujuan ekspor dan impor sebagai fasilitas investasi.
"Alternatif yang akan kita putuskan nanti (Oktober) itu apakah ketentuan itu dipertahankan atau dilepas," ujar Bayu.
Sementara itu, pemerintah membuka peluang impor gula atau penambahan alokasi impor serta penurunan Bea Masuk (BM) gula impor.
"BMB sedang dikaji oleh Tim Tarif," tuturnya.
1.1.DISKRIPSI SINGKAT
PTP Nusantara IX (PERSERO) adalah membawahi Divisi Tanaman Tahunan (DTT) dan Divisi Tanaman Semusim (DTS).
Kantor pusat DTT berada di jalan Mugas dalam atas – Semarang, sedangkan DTS berkantor pusat di jalan Ronggowarsito No. 164 Surakarta.
Dari DTS meliputi 8 (delapan) Pabrik Gula yang merupakan perusahaan yang memproduksi dan memasarkan komoditi utama gula dan tetes dengan bahan baku tebu.
Dalam melaksanakan pengelolahan operasional perusahaan dengan sasaran partisipasi dan pertumbuhan yang mengarah pada kelangsungan hidup perusahaan.
Adapun kegiatan operasional dalam unit usaha dalam mendukung proses produksi ada 4 (empat) bagian yaitu :
•Bagian Tanaman dan Sub Tebang Angkut
Menyiapkan bahan baku sampai ditebang dan diangkut untuk digiling yang melibatkan langsung dengan para Petani Tebu Rakyat (PTR).
•Bagian Instalasi
Menyiapkan semua peralatan dan perlengkapan serta memelihara mesin –mesin untuk menggiling tebu sampai selesai giling.
•Bagian Pengolahan
Proses mengolah, mengopilasi data analisa tebu digiling untuk menentukan bagi hasil SHS (gula) bagian PTR maupun bagi hasil PG. secara periodik.
•Bagian AKU
Bertanggungjawab mengelola dibidang SDM dan umum, pembukuan, pengadaan barang, gudang material, keuangan termasuk didalamnya menindak lanjuti administrasi hasil dalam pelayanan pembuatan DO PTR
Sebagai mitra usaha dalam kegiatan operasional PTR yang mempunyai andil besar dalam penanaman tebu hingga pasca panen untuk digiling di pabrik gula khususnya di PTP Nusantara IX dan keterkaitan dengan pelayanan kepada Petani Tebu Rakyat, proses pembuatan dan pelayanan DO PTR yang sudah berjalan tentunya tidak terlalu lama setelah tanggal tutupnya periode dalam proses administrasi sampai penyerahan DO gula / tetes dan perlu ditingkatkan dalam pelayanan kepada PTR sehingga petani tidak merasa dirugikan.
Disisi lain dalam pelayanan yang diberikan oleh PG kepada petani antara lain memberikan pinjaman berupa biaya garap, biaya tebang angkut, saprodi / pupuk dan lain – lainya, yang tentunya harus tepat waktu, bahkan menyangkut pelayanan dalam mekanisme dana talangan dan penjualan gula petani.
Semua kegiatan ini tidak terlepas dari bagian administrasi hasil / AKU termasuk untuk menghitung semua kewajiban PTR dan membuat DO PTR baik 90 % maupun berbentuk natura sebesar 10 % berdasarkan hasil pasti efektif (PBHE) setiap periodenya.
1.2.INDIKATOR KEBERHASILAN
PG. berupaya ikut melaksanakan program kemitraan sebagai wujud nyata dan tanggung jawab dalam bentuk keterkaitan usaha yang saling menguntungkan dan saling menunjang antara PG dengan PTR, maka PG. berupaya memberikan pelayanan kepada PTR lebih lancar bahkan perlu ditingkatkan serta ditunjang semua bagian yang terlibat langsung dapat bekerja sama yang kondusif, dapat memberikan kepuasan kepada para petani tebu dengan harapan antara lain :
•Pasokan bahan baku tebu dari PTR lancar dan meningkat
•Ketepatan dan ketertiban administrasi dapat meminimalkan bahkan menyelamatkan hutan piutang PTR.
•Program kemitraan ini diharapkan mampu meningkatkan produksi dan pendapatan kedua belah pihak.
1.3.KINERJA UNIT USAHA
Didalam perusahaan perkebunan khususnya PG-PG untuk merencanakan produksi harus berdasarkan pada time scedulle (rencana waktu) yang tepat, sudah ditentukan agar dalam pelaksanaan target keberhasilan.
Untuk mencapai target – target tersebut tentunya diperlukan sarana / prasarana yang memadahi sebagai misal faktor SDM yang handal, faktor kelengkapan peralatan (komputer) dan program yang memadai dan sebagainya.
1.4.FAKTOR PENDUKUNG
Kinerja perusahaan sedikit banyak akan ditentukan oleh berbagai faktor baik lingkungan internal maupun eksternal.
a.Faktor Internal :
1.Keterbatasan dana / modal kerja
2.Produktivitas tebu/ha maupun kristal/ha relatif rendah (belum sesuai harapan)
3.Persaingan tanaman / komoditi lain yang ketat.
4.SDM yang kurang handal.
5.Harga Pokok Produksi yang masih tinggi.
6.Kecenderungan kridit macet (PTR).
7.Perangkat kebutuhan kantor harus memadai.
b.Faktor Eksternal :
1.Ketergantungan bahan baku tebu dari PTR
2.Semakin terdesaknya areal tanam tebu untuk pemukiman / tanaman lain.
3.Pasar terbuka.
4.Kurang mendapat dukungan dari satpol kabupaten dan kecamatan dan sebagainya.
1.5.PENENTUAN SASARAN
Dalam menentukan target dalam suatu perusahaan diharapkan dalam tahun – tahun mendatang kinerja perusahaan harus semakin baik dan meningkat antara lain :
a.Menumbuh kembangkan sistim / pola kemitraan kedepan dengan sistim kemitraan A menjadi kemitraan B, walaupun kemitraan tetap ada sebagai penyangga.
b.Ikut melestarikan dan menumbuhkembangkan berdaya karya yang trampil dan disiapkan.
c.Mendukung program pemerintah dalam penentukan kebutuhan gula dalam negeri.
d.Sasaran kedepan sebagai wujud tanggung jawab dalam program kebutuhan PTR dengan bentuk keterkaitan usaha yang saling menguntungkan dan saling menjaga.
Dalam unit usaha tetap berusaha memberikan pelayanan kepada PTR sebaik mungkin, dengan harapan mitra usaha PTR tetap mau menumbuhkembangkan usaha menanam komoditi tebu, dengan demikian pasokan bahan baku akan terus terpenuhi dengan baik dan produktifitas perusahaan akan lebih baik, secara tidak langsung akan dapat membantu kelangsungan hidup perusahaan dan pada akhirnya akan meningkatkan profit margin.
1.6.KESIMPULAN
Keberhasilan suatu perusahaan (Pabrik Gula) yang akan dapat dicapai dengan strategi tehnis masing-masing bagian.
•Bagian Tanaman, menyiapkan bahan baku tebu yang memadai dan dapat menarik para petani tebu agar mau dan mampu menanam tebu (strategi kemitraan).
•Bagian Pabrik, menyiapkan pabrik siap giling secara optimal dan efisien.
•Bagian Pengolahan, menyiapkan analisa proses pengolahan tebu secara transparansi dan akurat.
•Bagian AKU, pelayanan baik kepada intern maupun ekstern, pengajuan kredit kepada Bank, pelayanan pinjaman sampai memantau tebu masuk sampai pelayanan DO. Dengan tersedianya dana yang cukup dan lancar harus digunakan secara optimal.
Dari strategi tehnis dari masing-masing bagian dan adanya kerja sama yang baik dan harmonis, didukung pihak manajemen yang responsif dan akomodatif terhadap aspirasi SDM, tidak kalah pentingnya menumbuh kembangkan kecerdasan emosional dan spiritual sebagai suatu kebutuhan hidup mutlak yang diperlukan untuk menghadapi era perubahan mendatang.
PG Jatibarang-Banjaratma
Jl. Raya Jatibarang - Kec. Jatibarang - Kab. Brebes 52261
Jawa Tengah - Indonesia
Telp. (0283) 6183007
Fax. (0283) 6183009
Email : pgjatibarang@ptpn9.co.id
Website : pgjatibarang.blogspot.com