Kenaikkan harga gula saat ini dinilai merupakan peluang untuk meningkatkan produksi dalam negeri sehingga nantinya tidak lagi bergantung pada impor.
Dirjen Perkebunan Departemen Pertanian, Achmad Mangga Barani, di Jakarta, Selasa (25/8) mengatakan saat ini waktu yang tepat bagi industri gula dalam negeri, khususnya milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk memperbaiki pabrik gula (revitalisasi pabrik) serta bagi petani memperluas areal tanam tebu. \"Harga yang tinggi ini merupakan kesempatan yang baik bagi produsen gula dalam negeri untuk merevitalisasi pabrik gula (PG),\" katanya.
Menurutnya, pada 2008 ketika harga gula anjlok di bawah harga penyangga pemerintah Rp5.100/kg, banyak PG yang membatalkan revitalisasi, namun naiknya harga saat ini menjadi kesempatan baik bagi industri gula dalam negeri. Perbaikan pabrik, tambahnya, terutama mesin penggilingan, dapat meningkatkan rendemen yang saat ini hanya sekitar 6-7% menjadi sekitar 10%.
Achmad menambahkan dengan 52 PG milik BUMN maka setiap kenaikan rendemen 1 poin akan ada tambahan produksi sebanyak 400 ribu ton. Kenaikan harga gula di pasar internasional yang membuat industri gula rafinasi sulit mengimpor produk tersebut juga menjadi kesempatan mendorong pabrik rafinasi menyerap gula tebu dari PG dalam negeri.
Selama ini, tambahnya, PG rafinasi mendapatkan bahan baku raw sugar dari impor. Namun demikian, Dirjen menyangkan himbauan Menteri Perindustrian agar pabrik gula rafinasi menyerap gula produksi PG dalam negeri belum berjalan.
\"Harusnya jangan sebatas himbauan tapi kewajiban. Untuk itu harus ada kemauan keras dari pemerintah agar imbauan itu menjadi kewajiban sehingga ditaati industri gula rafinasi,\" katanya.
Dia menjelaskan, dari hasil pertemuan di Bangkok, Thailand, pekan lalu terungkap kenaikkan harga gula di Indonesia karena pengaruh harga di pasar dunia atau lebih banyak karena faktor luar negeri, bukan produksi dalam negeri yang kurang. Konsumsi gula langsung tahun ini diperkirakan sebanyak 2,7 juta ton, sedangkan produksi ditargetkan 2,8-2,9 juta ton. Hingga 31 Juli produksi gula dalam negeri sudah sebanyak 1,2 juta ton dan stok gula sebanyak 402 ribu ton, lanjutnya, artinya pasokan gula dalam negeri ada, karena Indonesia masih mengimpor raw sugar (gula mentah) untuk industri gula rafinasi sebanyak 1,2 juta ton/tahun.
Posted by
mbesaran hijau
on
Monday, October 19, 2009
0 comments