Semoga Pandemi ini cepat berlalu dan bangsa ini akan bangkit menuju kesuksesan

Pabrik Gula Jatibarang didirikan pada tahun 1842 oleh NV. MIJ TOT EXPLOITILE DER SURKER ONDERNEMING. Berdasarkan PP No.24 tanggal 16 April 1959 tentang penetapan perusahaan – perusahaan pertanian atau perkebunan, milik belanda dibawah penguasaan RI SK Mentan No.229/UM/57 tanggal 10 Desember 1957 dibentuk Pusat Perkebunan Negara Baru (PPN Baru).

Berdasarkan UU No. 19 PRP tahun 1960 tentang perusahaan negara terdapat pembaharuan struktur dan jabatan-jabatan inti PPN cabang Jawa Tengah agar tetap dipimpin oleh kepala perwakilan jawatan perkebunan yang membawahi PPN dari unit Semarang Barat dipimpin oleh kuasa direksi mengelola diantaranya Pabrik Gula Jatibarang.
Kelanjutan dari pabrik gula Jatibarang mengalami perubahan - perubahan yang berdasarkan

Peraturan Pemerintah dan kepemilikan yang antara lain :
1. PP No. 141 tahun 1961 dibentuk Badan Pemimpin Umum Perusahaan Perkebunan Negara (BPU-PPN) yang berstatus badan hukum dan diserahi tugas menyelenggarakan pekerjaan direksi perusahaan negara dibidang perkebunan. Untuk Jawa Tengah dibentuk perwakilan BPU-PPN Jawa Tengah yang dipimpin oleh perwakilan pabrik gula Jatibarang termasuk pada PPN kesatu Jawa Tengah dipimpin oleh kuasa Direksi, pimpinan pabrik gula disebut Pimpinan.
2. PP No. 1 tahun 1963 pabrik gula statusnya menjadi PPN gula
3. PP No. 14 tahun 1966 tentang pendirian PNP XV dipimpin oleh Direksi yang terdiri dari Direktur Utama dibantu 2 (dua) orang Direktur.
4. PP No. 32 tahun 1973 tentang perubahan nama dari PNP XV menjadi PT. Perkebunan XV (Persero).
5. Dalam rangka menyederhanaan bentuk perusahaan perkebunan berdasarkan akta notaris GHS Loemban Tobing SH No. 7 / 1981, pengabungan PTP XV dan XVI menjadi PT.Perkebunan XV-XVI (Persero)
6. Tahun 1996 status PTP XV-XVI (Persero) diubah dengan peraturan PP No. 11 menjadi PTP Nusantara IX (Persero) yang digabung dengan Perkebunan non tebu (kopi, tebu, kakao, karet dll termasuk agrowisata).

GAMBARAN UMUM
Tahun pembuatan : 1842
Kepemilikan : BUMN
Jenis Prosessing : Sulfitasi
Jenis gula yang dihasilkan : SHS I.A. Konsumsi

Alamat Pabrik
Desa : JATIBARANG
Kelurahan : JATIBARANG
Kecamatan : JATIBARANG
Kabupaten : BREBES
Propinsi : JAWA TENGAH
Kode Pos : 52261
Terletak :  350 Km dari Ibukota Propinsi
 12 Km dari Ibukota Kabupaten
BT : 109˚ 16’ 0,1” LS : 0,6˚ 30’ 24”

Topografi
Tinggi diatas permukaan laut : 7 – 8 Meter
Jenis tanah : Aluvial <


Pengairan
Teknis = 79 %
Pompa = 8 %
Tadah hujan = 13 %

Prasarana Pendukung
Sumber air Pabrik dari Waduk Penjalin
Sumber bahan baku pendukung Tanaman Tebu
Wilayah Kerja PG. Jatibarang – Banjaratma meliputi kab. Brebes dan Kab. Tegal

Kelas jalan Propinsi
Fasilitas sosial Tempat Ibadah, Poliklinik dan Sarana Olah Raga

Read More
Posted by mbesaran hijau on Friday, July 17, 2009
1 comments
categories: | |

Budaya “presenteeism” atau kewajiban mutlak untuk selalu “terlihat” ditempat kerja bagi para karyawan ternyata justru berdampak negative terhadap produktifitasnya. Demikian hasil sebuah riset baru yang dilakukan di inggris.

Survei dilakukan atas 2.347 orang oleh lembaga spesialis kesejahteraan karyawan Right Corecare, dan menemukan bahwa 4 dari 10 orang bekerja ekstra diluar jam kantor normal.

Diantara mereka, 21% mengaku melakukan untuk memenuhi harapan Bos. Sementara, seperempat responden mengaku mengecek Facebook atu fun surfing di internet di kantor, sering setelah mereka menyelesaikan pekerjaan, dengan 16% beralasan, berada di kantor sampai larut malam akan dilihat sebagai pekerja keras.

Survei juga menemukan, seperlima karyawan yang berusia dibawah 45 tahun berfikir bahwa bekerja lebih lama akan dilihat sebagai pekerja keras. Namun, untuk karyawan diatas 45 tahun, hanya 1 dari 10 yang punya pikiran sama.

Direktur bagian work-life service pada Right Corecare Adrienne Heeley mengatakan, banyak orang percaya bahwa jalan termudah untuk naik jabatan atau sukses ditempat kerja adalah berusaha terlihat sebagai pekerja keras dimata bos dan teman-teman sekantor. Heeley mengingatkan, menurutnya : “gejala seperti itu tidak kondusif bagi organisasi, karyawan hnya akan mencari aman dengan dating ke kantor paling pagi dan pulang paling akhir, tapi sebenarnya tidak produktif.”

Read More
Posted by mbesaran hijau on Wednesday, July 1, 2009
0 comments
categories: | |

Ada sebuah cerita pada acara perpisahaan sederhana pengunduran diri seorang direktur karena sudah pension. Diadakan sebuah sesi acara pesan, kesan dan kritikan dari anak buah kepada mantan atasannya yang segera memasuki masa pensiun dari perusahaan tersebut.

Karena waktu yang terbatas, kesempatan tersebut dipersilahkan dinyatakan dalam bentuk tulisan. Diantara pujian dan kesan yang diberikan, dipilih dan dibingkai untuk diabadikan kemudian dibacakan di acara tersebut, yakni sebuah catatan dengan gaya tulisan coretan dari seorang office boy yang telah bekerja cukup lama diperusahaan itu.

Dia menulis semuanya dengan huruf kapital sebagai berikut, “Yang Terhormat Pak Direktur, Terima kasih karena bapak telah mengucapkan kata “tolong”, setiap Bapak memberika tugas yang sebenarnya adalah tanggungjawab saya. Terima kasih Pak Direktur karena Bapak telah mengucapkan “maaf”, saat Bapak menegur, mengingatkan dan berusaha memberitahu setiap kesalahan yang telah diperbuat karena Bapak ingin saya merubahnya menjadi kebaikan.

Terima kasih Pak Direktur karena Bapak selalu mengucapkan “terima kasih” kepada saya hal-hal kecil yang telah saya kerjakan untuk Bapak. Terima ksih Pak Direktur atas semua penghargaan kepada orang kecil seperti saya sehingga saya bias tetap bekerja dengan sebaik-baiknya, dengan kepala tegak, tanpa merasa direndahkan dan dikecilkan. Dan sampai kapan pun Bapak adalah Pak Direktur buat saya. Terima kasih sekali lagi, semoga Tuhan meridhoi jalan dimanapun Pak Direktur Berada, Amin.”

Setelah sejanak keheningan menyelimuti ruangan itu, serentak tepuk tangan menggema memenuhi ruangan. Diam-diam Pak Direkstur mengusap genangan air mata disudut mata tuanya, terharu mendengar ungkapan hati seorang office boy yang selama ini dengan setia melayani kebutuhan seluruh isi kantor.
Pak Direktur tidak pernah menyangka sama sekali bahwa sikap dan ucapan yang selama ini dilakukan, yang menurutnya begitu sederhana dan biasa-biasa saja ternyata mampu member arti bagi orang kecil seperti office boy tersebut. Terpilihnya tulisan itu diabadikan krena seluruh isi kantor itu setuju dan sepakat bahwa keteladanan dan kepemimpinn Pak Direktur akan mereka teruskan sebagai budaya di perusahaan itu.

Tiga kata “terimakasih, maaf, dan tolong” adalah kalimat pendek yang sangat sederhana tetapi mempunyai dampak yang positif. Namun mengapa kata-kata itu kadang sangat sulit kita ucapkan? Sebenarnya secara tidak langsung telah menunjukan keberadaban dan kebesaran jiwa sosok manusia yang mengucapkannya. Apalagi diucapkan oleh seorang pemimpin kepada bawahannya.
Pemimpin bukan sekedar memerintah dan mengawasi, tetapi lebih pada sikap keteladanan lewat cara berpikir, ucapan, dan tindakan yang mampu membimbing, membina, dan mengembangkanyang dipimpinnya sehingga tercipta sinergi dalam mencapai tujuan bersama.

Tentu bagi siapapun kita perlu membiasakan mengucapkan kata-kata pendek seperti terima kasih, maaf, dan tolong dimana pun, kapan pun, dan dengan siapa pun kita berhubungan. Dengan mampu menghargai orang lain minimal kita telah menghargai diri sendiri.

Read More
Posted by mbesaran hijau on
0 comments
categories: | |

Dirgahayu Indonesia

Dirgahayu Indonesia

Translate

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Blog Archive